Yogyakarta (MAN 2 Yogyakarta) – Milad ke-75 MAN 2 Yogyakarta bukan sekadar perayaan, melainkan momentum lahirnya gerakan besar menuju madrasah ramah lingkungan dan berdaya ekonomi. Puncak peringatan kali ini ditandai dengan launching Bank Sampah Digital MAN 2 Yogyakarta, sebuah inovasi pengelolaan sampah modern yang memadukan edukasi, pemberdayaan, dan teknologi. Wawancara dengan berbagai media elektronik maupun non elektronik dilakukan pada Kamis (25/09/2025) di perpustakaan.
Kepala
Kantor Wilayah Kementerian Agama DIY, Dr. H. Ahmad Bahiej, S.H., M.Hum., yang
hadir dalam acara tersebut menyampaikan apresiasinya. Dalam wawancara dengan
berbagai media nasional ini, beliau menegaskan bahwa MAN 2 Yogyakarta telah
menjadi role model madrasah inovatif yang mampu menjawab isu-isu strategis
bangsa, mulai dari pengolahan sampah, penguatan SDM, hingga menuju predikat
Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM).
“Isu
pengolahan sampah adalah isu global. MAN 2 Yogyakarta telah bergerak masif,
tidak hanya untuk madrasahnya sendiri, tetapi juga memberi inspirasi bagi
madrasah lain. Inilah bukti madrasah bisa menjadi lokomotif perubahan,”
tegasnya.
Kepala
MAN 2 Yogyakarta, Hartiningsih, S.Pd., M.Pd., menjelaskan bahwa gerakan
pengelolaan sampah di madrasah ini sudah dimulai sejak 2014 dan kini
ditingkatkan dalam bentuk Bank Sampah Digital. Melalui sistem ini, setiap siswa
memiliki akun tabungan sendiri. Sampah yang mereka setor mulai dari plastik,
minyak jelantah, hingga kertas langsung dikonversi menjadi saldo digital.
“Konsepnya
zero waste, tetapi kami padukan dengan literasi digital dan ekonomi kreatif.
Sampah yang terkumpul diolah kembali, misalnya minyak jelantah menjadi sabun,
yang nilainya bisa mencapai Rp7.000 per liter. Dari situ siswa, guru, bahkan
masyarakat bisa menabung. Jadi, sampah bukan lagi masalah, tapi menjadi
berkah,” ungkap Hartiningsih.
Tak
hanya internal, program ini juga merangkul masyarakat sekitar. Edukasi
diberikan kepada pedagang UMKM, terutama pengelola minyak jelantah, agar bisa
mengolah limbah menjadi produk bernilai tambah. Selain itu, setiap Jumat pagi
para guru dan pegawai membawa sampah terpilah untuk disetorkan ke bank sampah
sebagai teladan nyata bagi siswa.
Gerakan
ini bukan sekadar internal madrasah. MAN 2 Yogyakarta yang akrab disapa Mandaya
bertekad menjadi penggerak masif madrasah lain di Kota Yogyakarta dalam isu
serupa. Edukasi kepada siswa, keluarga, dan masyarakat sekitar membentuk
ekosistem peduli lingkungan sekaligus memperkuat basis ekonomi kerakyatan.
“Visi
kami adalah nol sampah, madrasah hijau, dan masyarakat berdaya. Kami ingin
anak-anak belajar bahwa menjaga bumi bisa sejalan dengan membangun ekonomi
kreatif. Dari sabun, kerajinan, hingga tabungan sampah, semua bisa memberi
nilai tambah,” tambah Hartiningsih.
Milad
ke-75 MAN 2 Yogyakarta pun menjadi bukti nyata bahwa madrasah bisa berperan
strategis dalam isu global. Bukan hanya mengajarkan teori di kelas, tetapi juga
menghadirkan solusi nyata untuk lingkungan, ekonomi, dan pemberdayaan sosial.
Milad
ke-75 MAN 2 Yogyakarta: Berdaya, Berbudaya, dan Bermakna untuk Bumi
dan Kemanusiaan. (pusp)
Berikan Komentar