Yogyakarta
(MAN 2 Yogyakarta) – Siswa kelas XI MAN 2 Yogyakarta melakukan Studi Riset
Lingkungan (Starling) di Koperasi Produsen Garam Tirta Bahari, Kapanewon
Tanjungsari. Dalam penelitian ini, mereka meneliti penerapan teknologi inovasi
Geomembrane dalam proses produksi garam, yang berperan penting dalam
meningkatkan efisiensi dan kualitas garam yang dihasilkan. Kegiatan pada Senin
(3/2/2025) ini dikoordinir Wakaur Bidang Kehumasan Rita Setyowati, S.Pd, M.Pd dengan
Ketua Pelaksana Nurul Zulaikha, S.Pd, didampingi Sarjilah, S.Pd, Hitaqi
Millata, S.Pd, dan Desy H, S.Pd.
Geomembrane
adalah material kedap air dengan tingkat kebocoran rendah yang berfungsi
menjaga dan mengontrol cairan agar tidak tercemar atau bocor. Dalam tambak
garam, material ini dimanfaatkan untuk meningkatkan suhu lahan, mempercepat
proses penguapan air laut, dan mendukung pengkristalan garam yang lebih cepat
dan efisien. Warna gelap geomembrane mampu menyerap panas secara optimal,
sehingga mempercepat proses produksi dibandingkan metode konvensional.
Para
siswa MAN 2 Yogyakarta mendokumentasikan secara langsung proses produksi garam
di tambak yang menggunakan teknologi geomembrane. Berikut tahapan utama dalam
pembuatannya:
1.
Penampungan Air Laut
Air
laut pertama-tama ditampung dalam toren sebelum dialirkan ke penampungan
sementara. Selama tiga hari, air laut diendapkan untuk menghilangkan partikel
organik dan anorganik yang bisa mengganggu proses kristalisasi.
2.
Peningkatan Kepekatan Air Laut
Air
laut dialirkan secara bertahap ke empat bak penuaan untuk meningkatkan
konsentrasinya. Proses ini dilakukan dengan pengukuran derajat Baume untuk
menentukan kepekatan garam. Semakin pekat air laut, semakin banyak endapan
garam yang terbentuk.
3.
Filtrasi Air Garam.
Proses
pemurnian dilakukan dengan filtrasi menggunakan pipa khusus untuk menyaring
kotoran dari air garam sebelum masuk ke tahap kristalisasi.
4.
Kristalisasi Garam.
Air
garam dengan konsentrasi 25 Be dialirkan ke meja kristalisasi yang dilapisi
geomembrane untuk meningkatkan proses penguapan dan pengkristalan garam. Dengan
memanfaatkan panas yang terserap oleh geomembrane, proses kristalisasi berjalan
lebih cepat dibandingkan metode tradisional.
5.
Pengeringan dan Pengemasan
Kristal
garam yang sudah terbentuk dikeringkan menggunakan mesin rotary dryer untuk
menghilangkan kadar air berlebih. Garam yang telah kering kemudian digiling
menggunakan mesin penghalus sebelum akhirnya dikemas dan siap didistribusikan
ke pasar.
Siswa
MAN 2 Yogyakarta mencatat bahwa penerapan teknologi geomembrane memberikan
sejumlah keunggulan, di antaranya: Proses produksi lebih cepat dibandingkan
metode konvensional; Kualitas garam lebih tinggi karena proses filtrasi dan
pemurnian yang lebih baik; Mengurangi ketergantungan pada cuaca, karena
geomembrane membantu mempertahankan suhu optimal untuk penguapan; dan Ramah
lingkungan, karena mengurangi limbah produksi dan kontaminasi terhadap tanah.
Melalui
kunjungan ini, siswa MAN 2 Yogyakarta mendapatkan wawasan tentang bagaimana
inovasi teknologi dapat meningkatkan efisiensi produksi dan kualitas hasil
tambak garam. Mereka juga melihat langsung bagaimana koperasi berperan dalam
mengelola usaha garam secara profesional dan berkelanjutan.
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan siswa semakin memahami pentingnya teknologi dan inovasi dalam sektor lingkungan dan industri, serta mampu mengembangkan ide-ide baru untuk mendukung keberlanjutan lingkungan di masa depan. (pusp)
Berikan Komentar